PRAJURIT KRATON YOGYAKARTA

Tradisi Unik Cupu Panjala


Prosesi pembukaan Cupu Panjala dimulai dari kisah Kyai Panjala.  Konon ini bermula ketika seorang bapak yang merupakan murid Sunan Kalijaga kehilangan anaknya dilaut.  Melihat sang murid tertimpa musibah, Sunan Kalijaga berusaha membantu dengan berpesan agar selama proses pencarian dilaut, sang bapak harus berpuasa tujuh hari tujuh malam, membawa segenggaman nasi, dan jala.  Pesan Sunan Kalijaga dipatuhi oleh sang murid.
Ketika jala dilemparkan ke laut, sang bapak akhirnya dapat menemukan anaknya berikut barang berharga yang ikut terjala.  Slah satu barang berharga tersebut cupu.  Sang anak yang ketika ditemukan dalam kondisi terjala akhirnya diberi nama kyai panjala.  Sedangkan cupu yang ditemukan disebut Cupu Panjala. Cupu yang berhasil ditemukan kemudian dibungkus dengan kain mori karena diyakini merupakan barang berharga dan bertuah.  Setelah dibungkus dengan kain ori yang berbentuk cawan kecil tersebut kemudian disimpan dilemari.  Cupu yang disimpan berjumlah tiga buah dan diberi nama Kyai Semar Tinandu, Kyai Palang Kinantang, dan Kyai Kethiwiri.
Beberapa saat kemudian, cupu yang tersimpan di lemari di buka.  Ketika cupu dibuka ditemukan tanda-tanda bercak air yang menempel di lapisan kain mori.  Tanda-tanda ini nampak seperti gambar dan dibaca untuk memprediksikan situasi pertanian.  Tak jarang dalam setiap pembukaan Cupu panjala ditemukan pula beberapa benda seperti jarum, gabah kering, kulit kacang, dan lain sebagainya.  Benda-benda ini juga diterjemahkan sebagai satu rangkaian pendukung ramalan.
Sejak dimulai pembukaan Cupu Panjala pertama kali, benda ini telah mengalami 3 kali perpindahan sesuai dengan pemukiman para ahli wari dari kyai panjala. Cupu Panjala diwariskan secara turun-temurun dari generasi tertua ke generasi berikutnya yang lebih muda.  Sejak tahun 1957 sampai sekarang.  Cupu panjala berada di desa Mendak, Kecamatan Panggang Kabupaten Gunungkidul tepatnya di rumah Bapak Dwijo Sumarto yang merupakan menantu dari generasi ke 7 dari trah kyai Panjala.
Dari tahun ke tahun, jumlah masyarakat yang datang untuk melihat secara langsung prosesi pembukaan Cupu Panjala selalu meningkat karena tidak ada larangan bagi siapapun yang datang.  Masyarakat yang datang banyak yang membawa ayam jago dan beberapa bahan makanan yang nantinya akan dimasak dan dimakan oleh semua orang yang datang di acara pembukaan Cupu Panjala.  Mereka yang membawa ayam dan bahan makanan biasanya adalah orang-orang yang membayar nazar karena keinginannya terkabul (sebagai ungkapan rasa syukur) berkat ramalan cupu panjala.  Selain itu, makanan juga datang dari orang-orang yang mempunyai hajat (keinginan) atau meminta berkat dari Cupu Panjala.
Besarnya sambutan masyarakat yang datang di acara pembukaan Cupu Panjala tak lepas dari keyakinan sebagian masyarakat yang mempercayai bahwa gambar yang terlihat dalam lapisan kain mori merupakan ramalan yang bisa dipercaya.  Gambar tersebut diterjemahkan dan dianggap sebagai ramalan yang dihubungkan dengan keadaan sosial, perekonomian, lingkungan hidup (alam), bahkan perpolitikan.  Padahal jika ditilik dari segi sejarah, awalnya pembukaan Cupu Panjala dilakukan sebagai upaya untuk meramal kondisi pertanian.

Komentar