PRAJURIT KRATON YOGYAKARTA

Olah Raga Unik Panahan Gaya Mataram


Sembari duduk bersila, melihat secara cermat anak panah mana yang akan diluncurkan. Ia harus benar-benar lurus sehingga stabil saat meluncur dari busur. Setelah memastikan, busur lalu ditegakkan di atas tanah. Meletakkan anak panah pada posisinya dan mata mengukur sasaran tembak. Siap membidik lalu memberikan tekanan pada anak panah sehingga ia melesat cepat dan tepat.
Jemparingan (panahan) Jawi Mataram rutin diadakan setiap Selasa Wage. Bertempat di Lapangan Kemandungan Kompleks Kraton Yogyakarta, atau tepatnya di utara Sasana Hinggil Alun-Alun Selatan.
Peserta yang terlibat baik laki-laki maupun perempuan. Mereka diwajibkan mengenakan busana Jawa. Laki-laki mengenakan busana peranakan. Sementara perempuan mengenakan busana kebaya sederhana. Para peserta duduk bersila membentuk dua barisan, menghadap ke arah selatan. Jarak antara mereka dengan bandulan atau sasaran tembak adalah 30 meter.
Ada 20 rambahan atau putaran. Masing-masing pemanah dapat meluncurkan empat anak panah setiap putarannya. Bandulan yang dituju merupakan irisan serabut bambu yang diikat menjadi satu. Ada tiga bandulan dengan panjang kira-kira 40 sentimeter. Ia dicat putih dengan menyisakan sedikit pada ujung atas untuk dicat merah. Di belakang bandulan, sudah dipersiapkan lembaran karpet karet tebal untuk menahan anak panah yang meleset.
“Ini merupakan olahraga seni yang baru saya jalani. Kia-kira sudah tiga bulan ini saya belajar memanah. Tidak hanya sehat, panahan juga membantu kita untuk meningkatkan daya konsentrasi. Fokus adalah kesulitan sekaligus tantangannya.  Di sini tidak hanya mengolah raga tapi juga mengolah rasa.”
Jemparingan memang mensyaratkan busur yang baik. Busur yang baik itu dapat melengkung penuh dengan sempurna. Ia mampu membuat anak panah meluncur dengan kekuatan serta jangkauan terbaik. Anak panah juga demikian. Ia harus benar-benar kuat saat menerima tekanan hebat dari tali busur. Jika tidak, ia hanya akan patah karena tekanan. Di balik itu, ada sang pemanah. Bukan hanya soal konsentrasi dan kekuatan yang harus dimiliki. Seorang pemanah juga perlu memiliki keahlian agar bisa memanah tepat sasaran.
Meski bersila, posisi tubuh tetap harus tegak. Tangan kiri lurus memegang busur. Sementara posisi siku kanan sejajar bahu. Ngeker ke arah sasaran tembak. Untuk jarak rentang 30 meter, posisi jari tengah tangan kanan berada di dekat hidung. Jarak 40 meter, di dekat ujung bibir. Lalu jarak 50 meter, di dagu samping.
Panahan gaya Mataram merupakan tradisi yang harus dijaga kelestariannya.

Komentar