- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Pantai Parangkusumo merupakan salah satu pantai yang dipandang keramat
di kawasan Pantai Parangtritis, Kretek, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dalam budaya dan tradisi Jawa, pantai Parangkusumo ini
dianggap sebagai gerbang utama menuju Kraton Gaib Laut Selatan, sebuah
kerajaan Ratu Laut Kidul yang menguasai Laut Selatan (Samudera Hindia).
Berbagai acara labuhan, baik dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat maupun dari masyarakat, dilaksanakan di pantai Parangkusumo ini. Ritual Labuhan kraton di Pantai Parangkusumo sebagai peringatan akan simbol ikatan dan kekuasaan antara Kraton dan penguasa laut selatan.
RP Suraksotarwono, Juru Kunci sekaligus sesepuh warga di Pantai Parangsumo mengatakan labuhan di Parangkusumo kepada Kanjeng Ratu Kidul merupakan sebuah ritual yang penting bagi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ratu Kidul telah berjanji untuk melindungi Panembahan Senopati dan seluruh keturunannya dan Kerajaan Mataram ketika berada dalam kesulitan.
"Atas dasar nasehat dari Ki Juru Mertani, Panembahan Senopati bermeditasi di Parangkusumo, sebuah pantai kecil di pinggiran Laut Selatan," katanya saat ditemui awal pekan ini.
Meditasi yang luar biasa tersebut mengakibatkan "goro-goro" dan menimbulkan kekacauan di Kerajaan Segara Kidul (laut selatan). Kanjeng Ratu Kidul pun mendatangi penguasa Mataram tersebut dan mengatakan bahwa harapannya telah dikabulkan oleh Sang Maujud Agung.
Kemudian perjanjian antara Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul dibuat, berdasarkan Babad Tanah Jawa. Hubungan antara raja-raja Mataram dan Kanjeng Ratu Kidul telah memperkokoh legitimasi kebudayaan kepada Sultan.
Berbagai acara labuhan, baik dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat maupun dari masyarakat, dilaksanakan di pantai Parangkusumo ini. Ritual Labuhan kraton di Pantai Parangkusumo sebagai peringatan akan simbol ikatan dan kekuasaan antara Kraton dan penguasa laut selatan.
RP Suraksotarwono, Juru Kunci sekaligus sesepuh warga di Pantai Parangsumo mengatakan labuhan di Parangkusumo kepada Kanjeng Ratu Kidul merupakan sebuah ritual yang penting bagi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ratu Kidul telah berjanji untuk melindungi Panembahan Senopati dan seluruh keturunannya dan Kerajaan Mataram ketika berada dalam kesulitan.
"Atas dasar nasehat dari Ki Juru Mertani, Panembahan Senopati bermeditasi di Parangkusumo, sebuah pantai kecil di pinggiran Laut Selatan," katanya saat ditemui awal pekan ini.
Meditasi yang luar biasa tersebut mengakibatkan "goro-goro" dan menimbulkan kekacauan di Kerajaan Segara Kidul (laut selatan). Kanjeng Ratu Kidul pun mendatangi penguasa Mataram tersebut dan mengatakan bahwa harapannya telah dikabulkan oleh Sang Maujud Agung.
Kemudian perjanjian antara Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul dibuat, berdasarkan Babad Tanah Jawa. Hubungan antara raja-raja Mataram dan Kanjeng Ratu Kidul telah memperkokoh legitimasi kebudayaan kepada Sultan.
Lukisan Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul
"Cerita itulah yang hingga saat ini masih dipercayai oleh masyarakat Jawa, khususnya masyarakat Yogyakarta. Sehingga masyarakat masih melakukan ritual di kawasan Cepuri sebagai tempat pertemuan antara Ratu Kidul dengan Panembahan Senopati dan juga di Kawasan Pantai Parangkusumo yang dipercaya merupakan keratonnya Ratu Kidul," terangnya.
Meskipun hanya sebuah cerita yang turun temurun, masyarakat yang melakukan ritual kata Mbah Nono pangilan akrab RP Suraksotarwono bukanlah hisapan jempol semata. Hal ini telah dibuktikan olehnya dengan melakukan ritual semedi di Pantai Parangkusomo.
Kala itu pada tahun 1973 ketika akan diberi limpahan jabatan dari ayahnya, Mbah Nono didampingi ayahnya melakukan ritual dengan semedi Pantai Parangkusmo. Saat melakukan semedi tiba-tiba air laut di Pantai Parangkusumo tiba-tiba surut dan terlihat adanya sebuah kerajaan.
"Saat saya masuk, dari depan kerajaan terlihat seperti ada gerbang yang megah. Melewati gerbang terlihat bangunan seperti Pendopo (bangunan depan rumah). Untuk masuk ke Pendopo itu terdapat tiga tangga yang terbuat dari batu yang sangat indah dan sangat bersih," ujarnya.
Ketika ingin menaiki pendopo tiba-tiba sosok Ratu Kidul muncul. Seketika itu juga Mbah Nono langsung menundukkan mukanya untuk memberi penghormatan bagi penguasa laut selatan. Setelah sekian lama tertunduk, tiba-tiba Ratu Kidul menjamah kepala Mbah Nono seraya mengatakan untuk menerima tanggung jawab yang diberikan ayahnya, menjadi penerus juru kunci Cepuri.
"Melalui pengalaman misteri itulah saya menerima tanggung jawab sebagai juru kunci Cepuri sebagai tempat pertemuan antara Panembahan Senopati dengan Ratu Kidul," tandasnya.
"Dengan pertemuan Ratu kidul dalam semedinya itu juga logika di luar nalar juga terjawab," tambahnya.
Sebagai juru kunci Cepuri, kakek yang telah dikarunia empat cucu ini menyatakan, terdapat dua tempat lokasi untuk melakukan ziarah yaitu di Batu Besar yang disebut Sela Ageng dan Batu Sengker atau batu gilang. Di lokasi Sela Ageng inilah pertama kali Penembahan Senopati melakukan semedinya. Namun karena tidak nyaman, maka Panembahan Senopati berpindah tempat ke lokasi batu sengker (batu kecil) yang lokasinya di bagian selatan Sela Ageng.
Saat bersemedi di batu kecil (Batu sengker) inilah Panembahan Senopati bertemu dengan Ratu Kidul yang ceritanya Ratu Kidul bersedia membantu dan mengamankan kerajaannya beserta anak turun Penembahan Senopati (Raja Keraton Yogyakarta).
"Dengan janji dari Ratu Kidul itulah hingga saat ini ritual Labuhan yang dimulai dari doa di sela sengker hingga nantinya diakhiri dengan Labuhan di Kawasan Pantai Parangkusumo masih terus dilestarikan. Bahkan sudah masuk menjadi agenda budaya dan wisata di Pantai Parangkusumo, Kretek, Bantul, Yogyakarta," tuturnya.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar